skip to main  |
      skip to sidebar
          
        
          
        
AHLI SURGA
ABDURRAHMAN
 BIN AUF R.A. - Kehidupan Abdurrahman bin 'Auf di Madinah dalam berniaga
  Barang apa Saja yang ia pegang dan dijadikannya pokok perniagaan pasti
 menguntungkannya. Pada suatu hati ia mendengar Rasulullah saw. 
bersabda: "Wahai ibnu 'Auf! anda termasuh golongan orang kaya dan anda 
akan masuk surga secara perlahan-lahan....! Pinjamkanlah kekayaan itu 
kepada Allah, pasti Allah mempermudah langkah anda....!" Semenjak ia 
mendengar nasihat Rasulullah ini dan ia menyediakan bagi AIlah pinjaman 
yang balk, maka Allah pun memberi ganjaran kepadanya dengan berlipat 
ganda
 
 Di suatu hari ia menjual tanah seharga 40 ribu dinar, 
kemudian uang itu dibagi-bagikannya semua untuk keluarganya dari Bani 
Zuhrah, untuk para isteri Nabi dan untuk kaum fakir miskin. 
 
 
Diserahkannya pada suatu hari limaratus ekor kuda untuk perlengkapan 
balatentara islam menolong agama Allah SWT...dan di hari yang lain 
seribu limaratus kendaraan. Menjelang wafatnya ia berwasiat lima puluh 
ribu dinar untuk jalan Allah, lain diwasiatkannya pula bagi setiap orang
 yang ikut perang Badar dan masih hidup, masing-masing empat ratus 
dinar, hingga Utsman bin Affan r.a. yang terbilang kaya juga mengambil 
bagiannya dari wasiat itu, serta katanya:"Harta Abdurrahman bin 'Auf 
halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa selamat dan berkat". 
 
 Ibnu 'Auf adalah seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya 
 
 Pada suatu hari dihidangkan kepadanya makanan untuk berbuka, karena 
waktu itu ia sedang shaum .... Sewaktu pandangannya jatuh pada hidangan 
tersebut, timbul selera makannya, tetapi iapun menangis sambil mengeluh 
dan mengenang : 
 
 "Mushab bin Umeir telah gugur sebagai syahid, 
ia seorang yang jauh lebih baik daripadaku, ia hanya mendapat kafan 
sehelai burdah; jika ditutupkan ke kepalanya maka kelihatan kakinya, dan
 jika ditutupkan kedua kakinya terbuka kepalanya! 
 
 Demikian 
pula Hamzah yang jauh lebih baik daripadaku, ia pun gugur sebagai 
syahid, dan di saat akan dikuburkan hanya terdapat baginya sehelai 
selendang. Telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, dan telah 
diberikan pula kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. 
 
 Sungguh 
kami khawatir kalau-kalau telah didahdukan pahala kebaikan kami...!" 
Pada suatu peristiwa lain sebagian shahabatnya berkumpul bersamanya 
menghadapi jamuan di rumahnya. Tak lama sesudah makanan diletakkan di 
hadapan mereka, ia pun menangis; karena itu mereka bertanya: "Apa 
sebabnya anda menangis wahai Abu Muhammad ... ?" Ujarnya: "Rasulullah 
saw. telah wafat dan tak pernah beliau berikut ahli rumahnya sampai 
kenyang makan roti gandum, apa harapan kita apabila dipanjangkan usia 
tetapi tidak menambah kebaikan bagi kita ... ?" 
 
 Begitulah ia, 
kekayaannya yang melimpah-limpah, sedikitpun tidak membangkitkan 
kesombongan dan takabur dalam dirinya .... ! Sampai-sampai dikatakan 
orang tentang dirinya:"Seandainya seorang asing yang belum pernah 
mengenalnya, kebetulan melihatnya sedang duduk-duduk bersama 
pelayan-pelayannya, niscaya ia tak akan sanggup membedakannya dari 
antara mereka! Tetapi bila orang asing itu mengenal satu segi saja dari 
perjuangan ibnu 'Auf dan jasa-jasanya, misalnya diketahuinya bahwa di 
badannya terdapat duapuluh bekas luka di perang Uhud, dan bahwa salah 
satu dari bekas luka ini meninggalkan cacad pincang yang tidak 
sembuhsembuh pada salah satu kakinya......sebagaimana pula beberapa gigi
 seri rontok di perang Uhud, yang menyebabkan kecadelan yang jelas pada 
ucapan dan pembicaraannya .... Di waktu itulah orang baru akan menyadari
 bahwa laki?laki yang berperawakan tinggi dengan air muka berseri dan 
kulit halus, pincang serta cadel, sebagai tanda jasa dari perang Uhud, 
itulah orang yang bernama Abdurrahman bin 'Auf
 
 Orang-orang kaya
 selalu gandrung untuk memiliki pengaruh guna melindungi kekayaan mereka
 dan melipat gandakannya, dan untuk memuaskan nafsu, sombong, 
membanggakan dan mementingkan diri sendiri, yakni sifat-sifat yang biasa
 dibangkitkan oleh kekayaan... ! 
 
 Tetapi bila kita melihat 
Abdurrahman bin 'Auf dengan kekayaannya yang melimpah ini, kita akan 
menemukan manusia ajaib yang sanggup menguasai tabi'at kemanusiaan dalam
 bidang ini dan melangkahinya ke puncak ketinggian yang unik ... ! 
 
 Peristiwa ini terjadi sewaktu Umar bin Khatthab hendak berpisah dengan 
ruhnya yang suci dan ia memilih enam orang tokoh dari para shahabat 
Rasulullah saw. sebagai formatur agar mereka memilih salah seorang di 
antara mereka untuk menjadi khalifah yang baru.... 
 
 Jari-jari 
tangan sama-sama menunjuk dan mengisyaratkan Ibnu 'Auf .... Bahkan 
sebagian shahabat telah menegaskan bahwa dialah orang yang lebih berhak 
dengan khalifah di antara yang enam itu, maka ujamya:"Demi Allah, 
daripada aku menerima jabatan tersebut, lebih balk ambil pisau lain 
taruh ke atas leherku, kemudian kalian tusukkan sampai tembus ke 
sebelah. ..! Demikianlah, baru saja kelompok Enam formatur itu 
mengadakan pertemuan untuk memilih salah seorang diantara mereka untuk 
menjadi khalifah yang akan menggantikan al-Faruk, Umar bin Khatthab maka
 kepada kawan-kawannya yang lima dinyatakannya bahwa ia telah melepaskan
 haknya yang dilimpahkan Umar kepadanya sebagai salah seorang dari enam 
orang calon yang akan dipilih menjadi khalifah. Dan adalah kewajiban 
mereka untuk melakukan pemilihan itu terbatas diantara mereka yang 
berlima saja .... 
 
 Sikap zuhudnya terhadap jabatan pangkat ini 
dengan cepat telah menempatkan dirinya sebagai hakim diantara lima orang
 tokoh terkemuka itu. Mereka menerima dengan senang hati agar 
Abdurrahman bin 'Auf menetapkan pilihan khalifah itu terhadap salah 
seorang di antara mereka yang berlima, sementara Imam Ali mengatakan: 
"Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, bahwa anda adalah orang 
yang dipercaya oleh penduduk langit, dan dipercaya pula oleh penduduk 
bumi ... !" Oleh Ibnu 'Auf dipilihlah Utsman bin Affan untuk jabatan 
khalifah dan yang lain pun menyetujui pilihannya. 
 
 Selagi 
ruhnya bersiap-siap memulai perjalanannya yang baru, air matanya meleleh
 sedang lidahnya bergerak-gerak mengucapkan kata-kata: "Sesungguhnya aku
 khawatir dipisahkan dari shahabat-shahabatku karena kekayaanku yang 
melimpah ruah ... !" Tetapi sakinah dari Allah?segera menyelimutinya, 
lain satu senyuman tipis menghiasi wajahnya disebabkan sukacita yang 
memberi cahaya serta kebahagiaan yang menenteramkan jiwa
 
 ....Ia
 sedang mengenangkan kebenaran sabda Rasulullah saw.yang pernah beliau 
ucapkan: "Abdurrahman bin 'Auf dalam surga!", lagi pula ia sedang 
mengingat-ingat janji Allah dalam kitab-Nya: "Orang-orang yang 
membelanjakan hartanya dijalan Alloh kemudian mereka tidak mengiringi 
apa yang telah mereka nafqahkan itu dengan membangkit-bangkit 
pemberiannnya dan tidak pula kata-kata yang menyakitkan, niscaya mereka 
beroleh pahala di sisi Tuhan mereka; mereka tidak usah merasa takut dan 
tidak pula berdukacita ... !"(QS. 2 al-Baqarah: 262)
 
 Barangsiapa menolong agama Allah maka Allah akan meneguhkan kedudukan-Nya ( QS. Muhammad : 7 )
 
 
 
          
      
 
  
 
 
 
  
   
0 komentar:
Post a Comment